Jalanan Mempertemukan Kita

Jalanan mempertemukan banyak perbedaan. Jangankan perbedaan mahasiswa memilih di jalan atau di ruang kuliah, mereka yg di jalanan pun berbeda-beda.

Penghafal lagu indie dengan penghafal al-qur’an.
Imam sholat bagi diri sendiri dengan imam masjid NH.
Mahasiswa yang sekadar resah di dadanya dengan mahasiswa pergerakan eksternal.
Penunggang fixie dengan pengendara honda Revo.

Jalanan mempertemukan kami. Satu tujuan menyatukan kita.

Ini bukan tulisan argumentatif. Tak perlu kau lanjut membaca jika terlalu serius.

Wahai mahasiswa. Jalanan yang mempertemukan kami, merindukan kamu. Pemerintah selaku orangtua kita perlu sesekali diingatkan agar tak serampangan merawat negara.

Agar gerak terukur kajian itu perlu. Tapi terlalu banyak kajian justru bisa jadi jalan buntu. Karena nurani bisa jadi tumpul. Bergerak lah karena hati nurani. Menyoal solusi biarkan pemerintah yang berpikir. Sudah tugas mereka yang mengemban amanah untuk memecahkan masalah kita semua. Toh, kita yang Sarjana aja belum mampu memberikan usulan apa buat bapak ibu di sana yang pendidikannya jauh lebih tinggi? Tugas anak, mengingatkan ayahnya yang salah jalur. Menemukan jalur baru yang benar, biarlah tugas sang ayah.

Tugas mahasiswa ya memang untuk mengingatkan bapak-ibu kita di atas sana. Yang fokus belajar, biar lah menjadi tugas kami-kami mahasiswa semester akhir ini.

Jangan khawatir jika dicap bisanya ngomong dan menuntut melulu. Jauh sepengetahuanku, mahasiswa yang turun ke jalan itu tak hanya di jalanan menuntut ke atas. Di kampung-kampung mereka turun membantu. Di ruang-ruang kampus mereka melingkar berdiskusi. Dan sejauh sepengenalanku, mereka-mereka yang memiliki keresahan turun ke jalan, saat bertemu dunia nyata mereka menjadi orang-orang hebat. Pendiri start up bisnis, tetap berbakti pada masyarakat, memegang idealismenya dan menjadi kepala-kepala di banyak tubuh di Indonesia ini.

Jangan khawatir dikatakan idealisme akan luntur seiring berjalannya waktu. Setidaknya, di masa mahasiswa kamu pernah memiliki idealisme. Jika masa muda ini saja kau tak menggenggam idealisme, lantas apa yang akan tersisa di masa depan nanti?

Untuk yang sudah turun ke jalan, tak usah kita sindir teman-teman yang memegang idealisme dan memilih jalan juang yang lain. Kita berjuang di berbagai lini. Untuk hasil yang maksimal.

Selamat berjumpa dengan jalanan. Tempat semua kepentingan bermuara.

One thought on “Jalanan Mempertemukan Kita

Leave a comment